Kamis, 02 Oktober 2014
KARIER SEORANG INUL DARATISTA
PERJUANGAN INUL DARATISTA
Saya masih penyanyi yang laku keras
Setelah melahirkan tiga tahun lalu, saya memang memiilih vakum untuk sementara waktu karena ingin fokus dulu dengan anak saya. Dia anak “mahal” yang perjuangan untuk mendapatkannya susah. Di masa vakum itulah berhembus rumor kalau saya sudah tidak laku lagi hingga harus menjual rumah dan pulang kampung. Terdengarnya memang seperti rumor biasa, tapi itu sebenarnya ada imbasnya untuk saya pribadi. Saya yang sebenarnya masih menerima tawaran menyanyi off air, menjadi sepi job karena penyelenggara acara termakan dengan rumor itu dan takut kalau mengajak saya ke acara mereka nanti tidak laku atau tidak menarik untuk dikunjungi.
Tapi saya nggak mau dikalahkan dengan gosip tak jelas itu. Saya perkuat bisnis karaoke saya untuk membuktikan kalau saya belum menyerah berjuang hidup di Ibukota. Sampil memperkuat bisnis, saya sebenarnya juga sudah mulai banyak lagi mendapatkan tawaran menyanyi walaupun penampilan saya pascamelahirkan belum kembali seperti semula. Saya berolahraga dan mengatur makan untuk mengembalikan tubuh saya, hingga bisa kembali eksis seperti sekarang. Membuktikan kalau karier menyanyi saya masih berjalan, tidak berhenti.
Bisnis karaoke adalah investasi jangka panjang saya
Perkembangan Inul Vizta, jaringan karaoke yang saya punya, berkembang dengan sangat baik. Dalam perjalanannya selama enam tahun terakhir ini, outletnya akan mencapai 120 buah di seluruh Indonesia. Kalau mengingat saat saya memulai bisnis ini, nggak terbayang bisa seperti ini suksesnya. Saya yang dulu masih sangat “hijau” di Jakarta, didatangi oleh dua orang pengusaha asal China dan Korea yang menawarkan saya untuk membeli usaha karaoke “plus-plus” mereka. Mereka memilih saya sebagai calon pembeli potensial karena dikiranya saya punya uang banyak, padahal saat itu saya sedang dirudung masalah pencekalan dan hanya punya tabungan yang nggak banyak. Setelah berdiskusi panjang dan berniat baik untuk mengubah image karaoke yang mesum menjadi tempat hiburan keluarga, saya beli juga tempat karaoke yang hampir bangkrut itu. Mulailah perjalanan saya sebagai seseorang yang amatir di bidang bisnis mencemplungkan diri ke dunia yang saya nggak tahu sama sekali. Mengurus surat izin usaha, merenovasi bangunan, sampai menentukan konsep Inul Vizta seperti apa, saya dan Mas Adam berjuang berdua. Untunglah masih ada saja orang baik yang membantu kami dan memudahkan urusan tetek bengek yang memusingkan.
Alhamdulillah, bisnis ini berkembang sangat baik. Saya bisa memberikan lapangan pekerjaan untuk banyak orang, dan secara pendidikan mereka lebih baik dari saya. Antara minder dan bangga, saya yang bersekolah Cuma sampai SMP tanpa punya ijazah, bisa memiliki anak buah yang pendidikannya S2. Saya kini bisa memperlihatkan kalau Inul yang anak desa bisa merantau di kota orang dan pulang kampung dalam keadaan yang jauh lebih baik. Dengan berbagai bisnis yang saya jalani, kini saya menjadi Inul yang bukan hanya menyanyi, tapi juga orang kantoran. Setiap Senin saya ngantor dari pagi hingga siang untuk ikut memimpin rapat dan memeriksa jalannya usaha saya. Kesuksesan ini sama sekali bukan untuk disombongkan, tapi justru terus mengingatkan pada saya kalau semua ini begitu mudah hilang dalam sekejap karena diambil kembali oleh Tuhan.
Tanpa suami, saya bukan apa-apa
Bila nggak ada Mas Adam di samping saya selama ini, kehidupan saya mungkin timpang. Selalu bekerja berdua, saya bisa berada di posisi seperti sekarang ini sebagian besar juga berkat jasanya. Kalau ingin berterima kasih, dia jugalah yang jadi pihak utama yang saya sampaikan rasa terima kasihnya. Memang, dia hanya bergerak di belakang panggung dan saya yang terlihat bekerja, namun dukungan moral dan bantuan tanpa meminta balas jasa yang dia lakukan, sungguh nggak ternilai. Masa-masa susah seperti itu yang selalu saya ingat supaya ketika menghadapi cekcok rumah tangga, nggak meributkannya hingga berlarut-larut. Ini juga menguatkan rumah tangga kami ketika digoda pihak ketiga. Saya ataupun Mas Adam nggak mudah terbakar cemburu karena kami sudah kuat dari dasarnya, tidak mudah tercerai-berai.
Dengan lamanya kami menikah, kami juga bisa tahu bagaimana perasaan masing-masing. Seperti masalah finansial yang sangat sensitif disinggung untuk siapa saja, termasuk suami yang sudah saya nikahi bertahun-tahun. Saya mengikuti ajaran agama kalau rezeki yang didapatkan selama kami menikah adalah milik bersama, bukan dikuasai satu pihak. Atau, ketika mengiyakan tawaran show, saya pasti menanyakan izin Mas Adam terlebih dahulu karena saya nggak ingin melangkahi perannya sebagai manajer saya. Saya ingin sukses sebagai istri yang berbakti pada suami, seiring dengan perjalanan karier saya.
KARIER PENYANYI DEWI PERSIK
Dewi Perssik dari Penyanyi Kampung Merambah Metropolitan
Nama Dewi Perssik dikenal memiliki nama asli Dewi Murya Agung. Perempuan bertubuh mungil ini lahir di Jember, Jawa Timur pada tanggal 18 Desember 1985. Dia lahir dari pasangan orangtua HM Aidil dan Hj Sri Muna.
Masa sekolah Dewi semuanya dijalaninya di kota kelahirannya Jember, dari mulai SD Negeri Jember sampai MAN Jember.
Nama Perssik sendiri diberikan oleh manajernya, Pak Yogi, agar kariernya bersinar seperti buah persik yang di Cina dianggap sebagai buah pembawa keberuntungan. Maklum saja, entah benar atau tidak, Dewi kebetulan memiliki darah Thionghoa dari sang nenek. Karir menyanyinya pun dimulai di kotanya dari kampung ke kampung.
Dewi pun menceritakan bagaimana dirinya di tahun 2003 menyanyi dengan bayaran honor yang kecil. Diceritakan oleh Dewi jika sekali manggung di daerah asalnya, Jember hanya dibayar Rp 30 ribu.
"Pertama kali itu bayaran saya 30 ribu mas, itu sekitar 10 tahun yang lalu aku manggung dari satu panggung ke panggung yang lain. Itu sebenarnya pas-pasan banget ya. Belum aku sewa baju. Itu aku masih tampil di kampung aku di Jember," ujar Dewi.
Bagi Dewi, bayaran yang minim di awal karirnya adalah bagian proses menuju sukses. Yang penting, katanya, kepuasan masyarakat melihat pertunjukan yang diberikan olehnya.
"Buat aku pribadi, di dunia entertainment itu jangan lihat uangnya dulu. Tapi lihat bagaimana kita berusaha dan dilihat orang kita tuh bagus dan professional melakukan itu. Kita harus sungguh-sungguh tanpa kita meminta bayarannya berapa-berapanya dulu," katanya.
Usaha Depe akhirnya berbuah manis, sekitar tahun 2005 Dewi diboyong oleh Yogi ke Jakarta untuk tampil di acara Duet Maut di SCTV. kemudian tak lama TPI pun tertarik untuk menampilkan Dewi yang dikenal dengan Goyang Gergajinya. Kata Dewi saat itu bayarannya variatif antara Rp 700 ribu sampai Rp 2 juta sekali tampil.
"Dia (Yogi) bilang, 'Dewi mau nggak nyanyi tapi budget nya masih 700 sampai 2 juta rupiah’, aku bilang mau. Dari situlah aku nyanyi dari panggung ke panggung yang lain," kenang Dewi.
Pastinya Depe merasakan lain saat menerima bayaran yang tinggi, apalagi tampil di stasiun TV? "Aku senang bisa langsung melesat karir aku di Jakarta. Tapi untuk saat itu bayarannya 2 juta untuk sekali manggung masih dianggap kuranglah, belum beli bajunya. Tapi modal saya disini semangat. Masyarakat antusias melihat saya itu motivasi bagi saya yang tidak bisa dibayar dengan apapun," tutur Depe
Seperti kebanyakan penyanyi yang latah terjun ke dunia akting, kini Dewi Persik pun mendapatkan kesempatan yang sama untuk mencoba nasibnya di dunia akting dengan bermain di sinetron berjudul 'Mimpi Manis'. Sebuah obsesi yang menurut Dewi Persik sempat tertunda. Pertama kali mendapatkan peran ini, Dewi Persik mengaku langsung tertantang.
"Saya melihat banyak tantangan dalam cerita sinetron ini. Sebuah mimpi yang Lilis ciptakan, dan dia sendiri harus berjuang keras untuk bisa meraih mimpi tersebut. Walau begitu banyak halangan yang harus dilaluinya. Begitu banyak tantangan hidup dalam cerita ini. Karena itu saya langsung setuju dan bergabung dengan sinetron ini," kata Dewi Persik.
Dewi yang berperan sebagai Lilis mengatakan jika hal ini tidak jauh berbeda dari pengalaman yang pernah dilalui olehnya.
"Saya mengawali karier saya dengan manggung dari satu panggung ke panggung lain, sama persis dengan karakter Lilis. Saat itu saya hanya menerima bayaran sebesar Rp 25-50 ribu. Itu saja kadang saya harus memberikan persenan. Bedanya saya dulu melakukannya dengan cara sembunyi-sembunyi dari pengetahuan kedua orang tua sedangkan Lilis tidak," pungkas Dewi.
Walau ini merupakan sinetron pertama bagi Dewi tapi bukan berarti Dewi tidak pernah berakting sebelumnya. Mengawali karier sebagai penyanyi dangdut, Dewi juga pernah tergabung dalam sandiwara keliling. Tak heran bila beberapa pasangan mainnya sempat berdecak kagum melihat akting wanita muda yang masih dianggap hijau dalam dunia akting ini.(Adt)
Senin, 29 September 2014
SUDUT PANDANG DIVA DANGDUT- ERI SUSAN
Erie Suzan – Sudut Pandang Seorang Diva Dangdut
Rabu, 26 September 2012Diawali karena sering diminta menggantikan kakaknya untuk latihan nyanyi, kemudian menjuarai festival festival Rock ,Pop,Dan Dangdut di JawaTimur. Hijrah ke Jakarta karena mendapat hadiah rekaman sebagai juara 1 salah satu festival rock se Jatim namun akhirnya di “keep” karena usianya yang masih sangat kecil. Di masa penantian ini membawanya menjadi penyanyi pengiring di show shownya SLANK, bersama Anggun C.Sasmi dan Yossy Lucky.
Terlalu lama tak ada kepastian untuk Rekaman, Erie memutuskan untuk kembali Ke Lamongan, karena biaya hidup di Jakarta yang tinggi. Namun rejeki memang tidak kemana, dua hari menjelang kepulangannya ke JawaTimur,Erie mengikuti Festival Dangdut Se Jabotabek dan berhasil menjadi juara 1 dan mendapat piala dari Rhoma Irama. Seorang produser langsung tertarik untuk merekam sebuah album dangdut pertama Erie Suzan yang berjudul “Mabuk Duit” di tahun 1992 dan saat itu Erie Suzan masih SMP kelas 2.
Setelah itu beberapa Hits Dangdut seperti “Jangan Buang Waktuku”, “Muara Kasih Bunda”, telah dihasilkan dari suara emasnya. Tidak berhenti sampai disitu, beberapa single hits duet diantaranya bersama Yus Yunus, Alm Abiem Ngesti, Alm Farid Harja, Adibal dan Beniqno kembali dihasilkan. Dua album Trio bersama, Ikke Nurjanah, Mila Rosa dan Iis Dahlia, Dewi Purwanti. Karyanya terakhir adalah Album D’Duta(8 Diva Dangdut Indonesia) didalamnya terdapat hits single “Tak Bisa Menunggu” dan “Sabda Cinta” duet bersama Iyeth Bustami.
Berikut pembicaraan yang kami lakukan disela sela waktu luangnya sembari mempersiapkan project single terbarunya.
Kamarmusik: Apa arti musik, fans, dan Bunda buat kamu?
Erie Suzan: “Ketiganya adalah hadiah dari Tuhan yang besar dan berarti buat aku. Musik membuat aku belajar dan mengerti banyak hal tentang hidup, teman sejati saat aku susah maupun senang, melaluinya aku juga belajar tentang kelemahlembutan serta mendalami hati, musik juga yang mengurangi karakter minus dalam diri aku sedikit demi sedikit. Musik juga membuat kebahagiaan tak terhingga buat hati aku. Musik adalah tempat aku mencurahkan segala perasaan serta menuangkan ide ide yang ada di dalam kepalaku..bisa dibilang musik adalah segalanya buat aku..aneh memang tapi faktanya memang begitu. Bunda adalah sosok pribadi yang membuat aku percaya bahwa malaikat itu ada. Beiau yang selalu support in everything I do in life…reminder untuk hal hal yang tidak baik buat aku dan yang senantiasa mendoakan kebahagiaan serta kesuksesanku. Fans bukan hanya sebagai teman maupun sahabat tapi juga sebagai penikmat dari karya karyaku.”
Kamarmusik: Apa bedanya Dangdut dulu dan sekarang?
Erie Suzan: “Aku start di saat dangdut masih Berjaya dengan karya karya yang berkualitas. Belum ada fenomena hewani dengan segala sensasinya seperti saat ini…Maksudku hewani tuh dengan munculnya grup grup yang menggunakan nama hewan serta goyangan yang berjulukan nama hewan. Belum lagi judul lagu yang juga berbau hewan juga hahahaha… Sekarang dangdut meningkat secara kuantitas namun menurun secara kualitas. Dulu suara merupakan aset utama bagi seorang penyanyi dangdut ditambah dengan karakter vocal yang beragam. Dangdut skrg lebih tidak terkonsep dengan matang. Secara kualitas vocal sebagian pendatang baru di musik dangdut belum layak untuk rekaman. Tidak berkarakter serta asal dalam sebuah karya, yang penting terkenal…Memprihatinkan memang… Begitu juga dengan musiknya,dulu aransemennya lebih terkonsep. Dan lagi sebagian pencipta lagu yang tidak memiliki idealisme belakangan ini, demi sebuah kebutuhan yang penting menghasilkan uang. Tidak ada yang salah…. karena dangdut dengan kondisi sekarang ini didukung oleh semua media. Media seharusnya memiliki hak untuk menyensor tayangan hiburan maupun berita yang layak untuk disajikan bagi masyarakat. Karena seharusnya dalam bidang pekerjaan apapun kita tetap harus punya tanggung jawab moral yang harus kita sampaikan..”
Kamarmusik: What should we do about it?
Erie Suzan: “Banyak yang harus dilakukan untuk membenahi itu dan yang pasti tidak bisa sendiri. Semua elemen harus bersama sama untuk memiliki keprihatinan, perhatian, kesadaran, serta semangat dalam membuat perubahan yang baik ke depan… Apakah itu penyanyi, arranger, composer, producer, teman teman media baik cetak, radio, maupun televise, kepolisian, maupun pemerintah. Kalo boleh jujur memang sudah sulit kondisi industry musik terutama musik dangdut saat ini, so buat aku pribadi apapun yang terjadi aku ingin tetap menghasilkan karya karya yang baik ke depan..”
Kamarmusik: Siapa penyanyi idola kamu dalam and luar negeri?
Erie Suzan: “Untuk dangdut aku suka Rhoma Irama, karena secara tidak langsung beliau adalah guru ku dalam bernyanyi. Selain itu karya karya beliau lengkap dan semuanya enak buat didengerin maupun dinyanyiin. Yang membuat aku lebih kagum adalah selalu ada pesan moral yang disampaikan melalui karya karyanya. Aku juga suka Camelia Malik,beliau seorang artis yang sangat disiplin dan sangat piawai menghidupkan suasana dengan audience dengan gaya yang tidak norak, jogednya keren banget menurutku. Kemudian Rita Sugiarto dan Elvy Sukaesih, mereka memiliki teknik vocal dan penjiwaan yang mumpuni. Kalo POP aku suka penyanyi yang suaranya berkarakter,diantaranya Kaka SLANK dan Judika. So… kalo bisa kolaborasi ama dua penyanyi ini.. Waah..sebuah kebanggan dan kebahagiaan buat karir musikku. Untuk luar negeri aku suka Christina Aguilera, Celine Dion, dan Joss Stone….edan! Gokiii banget suara mereka…”
Kamarmusik: Apa harapan kamu untuk industry dangdut ?
Erie Suzan: “Mudah mudahan industry musik dangdut bangkit lagi.. Para pelaku seninya tidak putus semangat untuk tetap berkarya dan berkreatifitas menghasilkan karya karya yang baik dan positif baik melalui tampilan, suara maupun musiknya. Sehingga Dangdut benar benar dapat dibanggakan sebagai musik asli Indonesia yang dapat dinikmati secara positif, sehat dan menghibur…BUkan buat lucu lucuan seperti sekarang….”
Kamarmusik: Next Single kapan akan dirilis?
Erie Suzan: “Pinginnya sih sebelum akhir tahun ini tapi liat dulu perkembangan prosesnya nanti. Sebagian menyarankan di awal tahun aja biar gak nanggung dan bener bener matang untuk di lempar ke pasaran…tunggu aja.”
KARIER ERI SUSAN
ERI SUSAN
Erie Suzan lahir di Lamongan tanggal 30 Desember 1978. Diawali karena sering diminta menggantikan kakaknya untuk latihan nyanyi, kemudian menjuarai beberapa festival menyanyi rock, pop dan dangdut di Jawa Timur. Ia kemudian hijrah ke Jakarta karena mendapat hadiah rekaman sebagai juara 1 salah satu Festival Rock se-Jawa Timur, namun akhirnya ditunda karena usianya yang masih sangat kecil. Masa penantian ini membawanya menjadi penyanyi pengiring pada show musik beberapa artis, seperti Slank, Anggun C. Sasmi dan Yossy Lucky.
Terlalu lama tak ada kepastian untuk rekaman, Erie memutuskan untuk kembali ke Lamongan, karena biaya hidup di Jakarta yang tinggi. Namun, dua hari menjelang kepulangannya ke Jawa Timur, Erie mengikuti Festival Dangdut se-Jabotabek dan berhasil menjadi juara 1 dan mendapat piala dari Rhoma Irama. Seorang produser langsung tertarik untuk merekam sebuah album dangdut pertama Erie Suzan yang berjudul “Mabuk Duit” pada tahun 1992 dan saat itu Erie Suzan masih SMP kelas 2.
Setelah itu beberapa hits dangdut seperti “Jangan Buang Waktuku”, “Muara Kasih Bunda”, telah dihasilkannya. Tidak berhenti sampai di situ, beberapa single hits duet di antaranya bersama Yus Yunus, Alm. Abiem Ngesti, Alm. Farid Harja, Adibal dan Beniqno kembali dihasilkan. Dua album trio lainnya adalah bersama Ikke Nurjanah, Mila Rosa, Iis Dahlia dan Dewi Purwanti. Karyanya terakhir adalah Album D’Duta (8 Diva Dangdut Indonesia), yang di dalamnya terdapat hits single “Tak Bisa Menunggu” dan “Sabda Cinta” duet bersama Iyeth Bustami.
Erie Suzan lahir di Lamongan tanggal 30 Desember 1978. Diawali karena sering diminta menggantikan kakaknya untuk latihan nyanyi, kemudian menjuarai beberapa festival menyanyi rock, pop dan dangdut di Jawa Timur. Ia kemudian hijrah ke Jakarta karena mendapat hadiah rekaman sebagai juara 1 salah satu Festival Rock se-Jawa Timur, namun akhirnya ditunda karena usianya yang masih sangat kecil. Masa penantian ini membawanya menjadi penyanyi pengiring pada show musik beberapa artis, seperti Slank, Anggun C. Sasmi dan Yossy Lucky.
Terlalu lama tak ada kepastian untuk rekaman, Erie memutuskan untuk kembali ke Lamongan, karena biaya hidup di Jakarta yang tinggi. Namun, dua hari menjelang kepulangannya ke Jawa Timur, Erie mengikuti Festival Dangdut se-Jabotabek dan berhasil menjadi juara 1 dan mendapat piala dari Rhoma Irama. Seorang produser langsung tertarik untuk merekam sebuah album dangdut pertama Erie Suzan yang berjudul “Mabuk Duit” pada tahun 1992 dan saat itu Erie Suzan masih SMP kelas 2.
Setelah itu beberapa hits dangdut seperti “Jangan Buang Waktuku”, “Muara Kasih Bunda”, telah dihasilkannya. Tidak berhenti sampai di situ, beberapa single hits duet di antaranya bersama Yus Yunus, Alm. Abiem Ngesti, Alm. Farid Harja, Adibal dan Beniqno kembali dihasilkan. Dua album trio lainnya adalah bersama Ikke Nurjanah, Mila Rosa, Iis Dahlia dan Dewi Purwanti. Karyanya terakhir adalah Album D’Duta (8 Diva Dangdut Indonesia), yang di dalamnya terdapat hits single “Tak Bisa Menunggu” dan “Sabda Cinta” duet bersama Iyeth Bustami.
KARIER RITA SUGIARTO
KARIER RITA SUGIARTO
Bakat besar sebagai penyanyi sudah ditunjukkan Rita Sugiarto sejak masih duduk di bangku SD. Ia berhasil menjuarai beberapa festival musik pop mulai dari tingkat kodya Semarang hingga tingkat provinsi. Di usianya yang sangat belia, 13 tahun ia memutuskan untuk hijrah ke Jakarta. Nasib baik pun menghampiri wanita bersuara dahsyat ini. Ia ditawari untuk berduet dengan Rhoma Irama menyanyikan lagu-lagu berirama dangdut. Hasilnya semua album duet yang dirilinsya bersama “Sang Raja Dangdut” laris manis dipasaran dan selalu meraih platinum.
Sejak bergabung dengan Soneta pada tahun 1976 hingga 1981 sedikitnya 20 album telah dirilis. Antara lain: Darah Muda, Begadang II, dan Gitar Tua. Album terakhirnya bersama Rhoma Irama berjudul “Pemilu”, yang dirilis pada tahun 1981. Kemudian ia memutuskan untuk memisahan diri dengan sang guru Rhoma Irama yang sudah membesarkan namanya. Pada tahun 1981 ia menikah dengan Jacky Zimah. Bersama sang suami ia kemudian mendirikan Orkes Melayu Jackta Group, dengan merilis debut pertamanya yang berjudul “Vol.1”. Single pertama di album ini berjudul “Jacky”. Lagu ini diciptakan sendiri oleh Rita. Bercerita tentang kecintaanya pada sang suami. Tak disangka lagu ini meledak luar biasa di pasaran. Kasetnya terjual hingga mencapai 2 juta keping. Ini adalah rekor penjualan album dangdut terlaris sepanjang masa. Lagu “Jacky” pun mengudara dimana-mana. Konon album ini juga diedarkan di Jepang dan video klipnya wara wiri di televisi Tokyo. Hingga sekarang sudah puluhan album dan ratusan lagu yang diciptakan Rita Sugiarto, namun tak ada yang sefenomenal “Jacky”.
Dalam sebuah wawancara di awal tahun 80-an, Rhoma Irama pernah mengatakan, bahwa "Rita itu langka", karena selain memililiki suara yang prima, Rita juga mampu menciptakan lagu-lagu untuk dinyanyikan sendiri, dan sebagian besar menjadi hits. Statement Rhoma tersebut barangkali tidak berlebihan, karena meski sudah tiga dasawarsa menekuni dunia dangdut, Rita tetap eksis,sementara penyanyi-penyanyi seangkatannya banyak yang sudah pensiun. Ditengah menjamurnya penyanyi-penyanyi dangdut muda yang lebih mengedepankan goyang, Rita tetap laris sebagai penyanyi rekaman dan panggung, karena ia lebih mengedepankan kualitas vokal.
Lagu-lagu yang dinyanyikan dan dipopulerkan Rita Sugiarto, sampai saat ini masih sering dinyanyikan di panggung-panggung dangdut. Hal ini bisa dimaklumi, karena Rita Sugiarto masih menjadi kiblat bagi penyanyi dangdut perempuan, disamping Elvi Sukaesih. Itulah sebabnya dikalangan pecinta musik dangdut Rita Sugiarto disebut sebagai Diva Dangdut, sementara Elvy Sukaesih disebut sebagai Ratu Dangdut.
Sebagai penyanyi dangdut senior, Rita Sugiarto dikenal sebagai sosok low profile, yang mau berbagi ilmu kepada yuniornya. Tak heran saat Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) menghujat penampilan Inul Daratista di awal tahun 2000-an, Rita tidak terlalu mempermasalahkan penampilan Inul. Bahkan Rita bersedia tampil satu panggung dengan penyanyi asal Pasuruan yang mengidolakan dirinya itu. Hal itu sempat membuat Raja Dangdut Rhoma Irama marah besar kepada Rita Sugiarto.
Di tengah jadwal manggungnya yang padat, Rita pernah menjadikan komedian dan presenter Olga Syahputra sebagai asisten pribadinya.
Bakat besar sebagai penyanyi sudah ditunjukkan Rita Sugiarto sejak masih duduk di bangku SD. Ia berhasil menjuarai beberapa festival musik pop mulai dari tingkat kodya Semarang hingga tingkat provinsi. Di usianya yang sangat belia, 13 tahun ia memutuskan untuk hijrah ke Jakarta. Nasib baik pun menghampiri wanita bersuara dahsyat ini. Ia ditawari untuk berduet dengan Rhoma Irama menyanyikan lagu-lagu berirama dangdut. Hasilnya semua album duet yang dirilinsya bersama “Sang Raja Dangdut” laris manis dipasaran dan selalu meraih platinum.
Sejak bergabung dengan Soneta pada tahun 1976 hingga 1981 sedikitnya 20 album telah dirilis. Antara lain: Darah Muda, Begadang II, dan Gitar Tua. Album terakhirnya bersama Rhoma Irama berjudul “Pemilu”, yang dirilis pada tahun 1981. Kemudian ia memutuskan untuk memisahan diri dengan sang guru Rhoma Irama yang sudah membesarkan namanya. Pada tahun 1981 ia menikah dengan Jacky Zimah. Bersama sang suami ia kemudian mendirikan Orkes Melayu Jackta Group, dengan merilis debut pertamanya yang berjudul “Vol.1”. Single pertama di album ini berjudul “Jacky”. Lagu ini diciptakan sendiri oleh Rita. Bercerita tentang kecintaanya pada sang suami. Tak disangka lagu ini meledak luar biasa di pasaran. Kasetnya terjual hingga mencapai 2 juta keping. Ini adalah rekor penjualan album dangdut terlaris sepanjang masa. Lagu “Jacky” pun mengudara dimana-mana. Konon album ini juga diedarkan di Jepang dan video klipnya wara wiri di televisi Tokyo. Hingga sekarang sudah puluhan album dan ratusan lagu yang diciptakan Rita Sugiarto, namun tak ada yang sefenomenal “Jacky”.
Dalam sebuah wawancara di awal tahun 80-an, Rhoma Irama pernah mengatakan, bahwa "Rita itu langka", karena selain memililiki suara yang prima, Rita juga mampu menciptakan lagu-lagu untuk dinyanyikan sendiri, dan sebagian besar menjadi hits. Statement Rhoma tersebut barangkali tidak berlebihan, karena meski sudah tiga dasawarsa menekuni dunia dangdut, Rita tetap eksis,sementara penyanyi-penyanyi seangkatannya banyak yang sudah pensiun. Ditengah menjamurnya penyanyi-penyanyi dangdut muda yang lebih mengedepankan goyang, Rita tetap laris sebagai penyanyi rekaman dan panggung, karena ia lebih mengedepankan kualitas vokal.
Lagu-lagu yang dinyanyikan dan dipopulerkan Rita Sugiarto, sampai saat ini masih sering dinyanyikan di panggung-panggung dangdut. Hal ini bisa dimaklumi, karena Rita Sugiarto masih menjadi kiblat bagi penyanyi dangdut perempuan, disamping Elvi Sukaesih. Itulah sebabnya dikalangan pecinta musik dangdut Rita Sugiarto disebut sebagai Diva Dangdut, sementara Elvy Sukaesih disebut sebagai Ratu Dangdut.
Sebagai penyanyi dangdut senior, Rita Sugiarto dikenal sebagai sosok low profile, yang mau berbagi ilmu kepada yuniornya. Tak heran saat Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) menghujat penampilan Inul Daratista di awal tahun 2000-an, Rita tidak terlalu mempermasalahkan penampilan Inul. Bahkan Rita bersedia tampil satu panggung dengan penyanyi asal Pasuruan yang mengidolakan dirinya itu. Hal itu sempat membuat Raja Dangdut Rhoma Irama marah besar kepada Rita Sugiarto.
Di tengah jadwal manggungnya yang padat, Rita pernah menjadikan komedian dan presenter Olga Syahputra sebagai asisten pribadinya.
Langganan:
Postingan (Atom)